Jumat, 26 Mei 2017

Tak Ditayangkan di TV! Pengusaha Tionghoa selundup Senjata Ke NKRI Ada Apa Sebenernya ?

Tak Ditayangkan di TV! Pengusaha Tionghoa selundup Senjata Ke NKRI Ada Apa Sebenernya ?



KEYWORD : Asuransi Terbaik, Asuransi Aliianz Indonesia, Asuransi Jiwa dan Kesehatan, Asuransi kesehatan terbaik, Asuransi perjalanan, Tabungan asuransi kesehatan, Asuransi jiwa terjangkau, polis asuransi jiwa murah, Investasi dalam Asuransi, Produk Asuransi Jiwa Syariah, Asuransi Bebas Rencana FWD, Asuransi Jiwa Syariah Terbaik, Daftar harga sepatu safety krusher,jual beli rumah, rumah bagus, ansuransi rumah, motor , mobil, mobil mewah, toyota , honda, credit card, kartu kredit, mercy, bmw, kanker, penyakit kanker

LIHAT HALAMAN SELANJUTNYA UNTUK LEBIH DETAIL
>> Halaman Berikutnya 

Pada 17 Maret 2014, Pemerintah Provinsi Lampung memberikan penghargaan kepada delapan tokoh Lampung, salah satunya Ang Tiauw Bie sebagai tokoh pelayaran. Sebenarnya, Ang lahir di Pandeglang, Banten pada 1892 –sumber lain menyebut dia berasal dari Tangerang, Banten.

Kemiskinan membuat Ang tak bisa sekolah. Sulung dari lima bersaudara pasangan Ang Sioe Hok dan Tan Djin Nio ini kemudian bekerja sebagai penjaga kebun kelapa. Pak Ubi, demikian sapaannya semasa muda, kemudian belajar berdagang kopra dari pamannya, Ang Sioe Tjwan. Dia mondar-mandir Merak-Lampung. Pada 1930-an, dia menetap di Teluk Betung, Lampung, untuk berdagang hasil bumi dan mendirikan usahanya sendiri, pabrik minyak kelapa dan pabrik sabun.

Menurut Twang Peck Yang dalam Elite Bisnis Cina di Indonesia dan Masa Transisi Kemerdekaan 1940-1950, di antara pengusaha-pengusaha baru di berbagai bidang usaha di Sumatra dan Jawa, Ang adalah satu-satunya peranakan yang menguasai bahasa Indonesia dan berhasil sukses. Di rumah, dia menggunakan bahasa Indonesia dan sedikit menguasai bahasa Hokkien.

Sebelum perang, Ang telah menjadi pengusaha berpenghasilan besar. Selain memiliki pabrik kelapa sawit kecil bernama Swan Liong, dia juga bermitra dengan seorang warga negara Jerman dalam kepemilikan sebuah kapal kayu berbobot mati 25 ton yang digunakan untuk mengekspor hasil-hasil bumi.

“Dia seorang big brother di sebuah organisasi Cina peranakan tradisional: Ho Hap yang fungsi utamanya di abad ke-20 berkaitan dengan kesejahteraan sosial kalangan peranakan, termasuk dalam hal pemakaman orang meninggal dan perlindungan terhadap anggota-anggotanya,” tulis Twang. Namun, menurut Twang, terdapat indikasi bahwa Ho Hap berprinsip anti-Belanda. Ia organisasi masyarakat Tionghoa yang tidak dianggap bermusuhan oleh pihak Jepang.

Menurut Sam Setyautama dalam Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia, ketika Jepang datang pada 1942, pabriknya dibumihanguskan, namun setahun kemudian dia berhasil membangunnya kembali. Setelah pabriknya beroperasi kembali, dia membuka kebun kopi di Waylima, Simpang Kiri, dan Bernung, Lampung Selatan. Dia juga membuka kebun kelapa Sibalong di Kalianda, Lampung.





Related Posts

Tak Ditayangkan di TV! Pengusaha Tionghoa selundup Senjata Ke NKRI Ada Apa Sebenernya ?
4/ 5
Oleh